Telat Ngefans


Mungkin saya termasuk orang yang telat nge-fans sama Tere Liye. Telat banget malah. Haha. Ketika orang-orang sudah menghatamkan berbagai novel karyanya, saya malah baru menyentuhnya di awal tahun 2013. Padahal, ketika saya tinggal di Surabaya, teman satu kontrakan rutin membeli novel  karya Tere Liye. Kalau masuk kekamarnya, bertumpuk-tumpuk rapih novel tersebut.Tapi tidak satu pun yang membuat saya tertarik membacanya. Entahlah mengapa, mungkin memang belum dapat hidayah kali yaa..hehehe. Lalu, apa yang terjadi di awal 2013 hingga ‘hidayah’ itu datang?

Januari 2013 saya pulang ke kampung halaman setelah kurang lebih empat tahun merantau di kota pahlawan, Surabaya. Setelah merapihkan barang-barang warisan dari Surabaya, saya melirik lemari tempat koleksi buku-buku kami (saya dan kakak-kakak).Disini saya menemukan novel yang pernah saya lihat juga di kamar teman kontrakan. Novel Tere Liye yang berjudul Negeri Para Bedebah. Melihat buku novel bukan hal yang aneh dalam lemari buku kami karena kakak pertama saya begitu menyukai membaca novel, sehingga bertumpuklah novel-novel itu.Tapi novel Tere Liye ini menjadi daya tarik tersendiri terlebih pemilik novel tersebut bukan kakak pertama, melainkan kakak kedua saya. ‘Sejak kapan kakak kedua saya suka membaca novel hingga membeli bukunya?’ komentar dalam hati. Biasanya ia membaca novel-novel yang dibeli kakak pertama atau meminjam punya rekannya. ‘Seberapa bagus novel ini hingga dapat menggerakkan kakak kedua saya membelinya’ seloroh hatiku. Dengan rasa penasaran itu, saya mulai membuka lembar demi lembar karya Tere Liye ini dan membacanya.

negeri para bedebah

Belum sampai ¼ buku dibaca, saya seperti menjadi seorang pakar konsultan keuangan. Banyak istilah-istilah yang baru saya dengar dapat dengan cepat dipahami dikarenakan penjelasan yang ringkas dari penulis. Cerita yang disuguhkan dalam novel Negeri Para Bedebah sungguh menarik, terlebih banyak kemiripan dengan kasus bail out bank kecil swasta di Indonesia yang beberapa tahun lalu ramai diperbincangkan (walau hingga kini tidak jelas akhir kasusnya).

Secara personal saya menilai novel ini sebagai bentuk pencerdasan public dengan cara yang kreatif. Ditengah ketidakjelasan akhir dari kasus bail out bank kecil swasta, saya merasa penulis memberikan alternatif cerita terhadap kasus tersebut. Dari novel ini, pembaca dapat mendapat altenatif jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada di masyarakat awam, seperti:

“Apa yang terjadi hingga suatu bank dapat bangkrut?”

“Faktor-faktor apa saja yang menjadikan suatu bank sakit dapat di bail out?”

“Mengapa seorang menteri keuangan mengambil keputusan bail out hanya untuk bank kecil swasta?”

“Apa arti dampak sistemikdalam perbankan?”

“Apa hubungan partai politik dengan kasus bail out bank kecil swasta tersebut?”

Novel ini memiliki difrensiasi yang  tinggi  dengan novel-novel Indonesia pada umumnya. Berharap semakin banyak novel yang bertemakan permasalahan bangsa dalam  bidang politik.  Dan dari novel Negeri Para Bedebah inilah saya ngefans terhadap Tere Liye. Recommended banget.

Satu pemikiran pada “Telat Ngefans

Tinggalkan komentar